Resensi Novel The Coffee Memory



Judul Buku : The Coffe Memory
Penulis.      : Riawani Elyta
Penerbit.    : Bentang
Genre.        : Romance

Saat aroma kopi itu menjauh, kusadari bahwa kau tak mungkin kutemui lagi.
Seperti aromamu yang terempas oleh butir udara, meninggalkanku dalam sunyi yang dingin.
Sampai kusadari kau hadir, menyergapku dalam diam, mengembalikanku dalam kenangan.
Dan, menabur aroma yang sama dengan apa yang telah kutinggalkan.
Ketika itulah aku pahami, aku tak mungkin berpaling lagi.
***

Dania, masih terpuruk sepeninggalan suaminya tercinta Andro. Hidupnya berubah dan bahkan kali ini tak bisa tertolong lagi. Kesedihan dan penderitaan atas kesendiriannya membuat ia tak bisa hidup bergairah, melupakan hidupnya, terutama anak semata wayangnya, Sultan.
Akhirnya sang mama tak bisa ambil diam dengan apa yang dilakukan Dania hanya mengurung diri di dalam rumah dan meninggalkan kehidupannya.
Dania pun sadar dan kemudian perlahan berusaha meneruskan usaha kafe *Katjoe Manis* peninggalan mediang suaminya.
Sebagai orang yang awam tentang dunia kafe apalagi hal kopi Dania sebisa mungkin berusaha membuat kafe miliknya kembali hidup.
Masalah datang silih berganti, dengan adanya kafe-kafe baru di sekitar ruko miliknya, dan adik kandung Andro datang memberikan tawaran Dania agar menjual kafe itu kepadanya, namun Dania bersikukuh tetal mempertahankannya.

Kemudian tak disangka Dania bertemu kembali dengan mantan kekasihnya ketika remaja dulu, Pram. Yang ternyata pemilik kafe baru saingan bisnisnya.
Disamping itu karyawan kafenya Barry sang Barista baru diam-diam menyimpan hati kepadanya.
Sreeeetttt.....
Cukup ya spoilernya.
Novel kedua karya Mba Lyta ini agak lama aku membacanya. Agak sedikit boring sama tokoh Barry dan Dania. Alurnya lambat sekali jauh berbeda sama novel Miracle of touch yang sudah kulahap sebelumnya.

Pengennya seh tokoh Barry gak kayak gitu, sok tau gituh kesannya. Dari awal kemunculan Barry aku uda nebak pasti dia suka sama Dania.
Dan... jreng. Akhirnya tertunda beberapa hari untuk baca lagi kisahnya. *Maaf*
Karena penasaran sama si Pram, akhirnya aku lanjut bacanya sampai tamat.
Jujur aku lebih suka novel pertama yang kubaca. Meski dalam cerita ini Mba Elyta keren menceritakan detail tentang dunia Barista dan tetek bengek tentang hal apapun kopi. Bagi para maniak kopi pasti suka baca novel ini.

Di novel ini Mba Elyta sepertinya suka sekali dengan kata *Hectic* sering aku jumpai soalnya, seperti *Sacartic* hehehehee

"Terkadang, reaksi lambung yang bermasalah sepertiku justru sulit diduga. Saat kondisinya kosong, lambung ini justru merindukan sesuatu yang terasa asam dan segar. Sebaliknya, jika langsung mengisinya dengan sesuatu yang padat dan tinggi kalori, justru akan serta merta memancing gerak lambung untuk memuntahkannya kembali. Jangan-jangan hidupku yang sekarang juga bisa dianalogikan demikian." (Hal : 129)

Suka dengan quotenya, Mba Elyta emang keren kalau masalah menulis dengan pengadaian dan diksinya dua jempol.. ^^

Hidup adalah pilihan, semua tergantung pada dirimu sendiri. Dan sejatinya setiap masalah pasti  tersedia jawabannya, permasalahannya adalah bagaimana kita bisa membaca jawaban tersebut.
Mungkin inilah pesan yang ingin disampaikan penulis.


Salam,

~ratna_fa

Posting Komentar

0 Komentar