Wisata Suku Baduy Banten, Sehari Bisa Loh!




suku-baduy

Wisata Suku Baduy Banten 

Tahu Banten kan, salah satu nama propinsi yang letaknya bersebelahan dengan ibukota Jakarta, atau lebih dikenal dengan ibukota Tangerang. Pastinya sejarah Banten sudah banyak kita ketahui sejak duduk dibangku sekolah dasar. Masih ingat dong pastinya. Banten memiliki banyak sekali tempat wisata, salah satunya yang saat ini sedang trend banget, Wisata Suku Baduy.

Masih ingat sejarah tentang budaya adat suku Baduy yang ada di Banten?

Kalau lupa, sedikit aku ingatkan dulu yah, siapa seh Suku Baduy itu..

Yang suka sejarah pastinya sudah paham banget neh, tapi enggak ada salahnya aku ingatkan kembali.
Kalau ngobrolin tentang budaya yang di miliki Indonesia pastinya enggak akan pernah ada habisnya yah, Indonesia memiliki beragam budaya suku bangsa yang tersebar di hampir seluruh propinsi yang ada di Indonesia, dari sabang sampai merauke.

Nah salah satu budaya yang sangat terkenal di Indonesia salah satunya adalah Suku Baduy, yang ada di kota Lebak Banten. Nama Baduy sendiri konon adalah pemberian dari seorang peneliti Belanda (tapi masih sering juga diperdebatkan untuk masalah ini-skip).

Jadi sekarang udah ingat belum?

Nah, kebetulan aku bersama beberapa teman dalam rombongan mengadakan Wisata Suku Baduy Banten. Seiring berjalannya waktu lokasi Suku Baduy sudah bisa dinikmati oleh para wisatawan yang ingin berkunjung ke sana, baik wisata lokal atau luar negeri. Enggak mau ketinggalan aku dan teman-teman pun akhirnya memulai perjalanan ke sana.

Tepat pukul enam pagi aku dan rombongan sudah bersiap di point meeting yang sudah kami sepakati yaitu Stasiun Tanah Bang. Dari sini kami naik Commuterline menuju Stasiun Rangkasbitung. Jadwal keberangkatan pertama adalah 6.45, perjalanan kurang lebih dua jam untuk sampai di Stasiun Rangkasbitung.

Tiba di Stasiun Rangkasbitung, berjalan ke arah terminal untuk lanjut dengan kendaraan yang sudah dipesan oleh salah satu anggota rombongan sebagai guide rombongan kami. Wisata Suku Baduy dapat diakses dengan bus elf berpenumpang 13 orang dari Stasiun Rangkasbitung.

Kami menuju ke lokasi sekitar kurang lebih dua jam. Dengan trek perjalanan yang cukup wow.. untuk yang sering mabuk perjalanan minum obat dulu deh, yang pasti jalanannya not good, guncang-guncang gituh.

Perjalanan kami saat ini melalui jalur Ciboleger, ada juga yang melalui Cijahe, tapi untuk wisata kami kali ini melalui jalur Ciboleger. Tepat pukul 11 kurang kami tiba di Perkampungan Ciboleger. Di sana sudah menunggu guide anak suku Baduy. Sebelum ke lokasi, kami istirahat terlebih dahulu, ada yang makan, minum teh atau sekedar ngemil, melepas lelah setelah perjalanan panjang, huft!
Oke, setelah itu kami akhirnya memulai perjalanan.

baduy-luar
Desa Ciboleger, jalur ke perkampungan Suku Baduy
jalur-ke-suku-baduy
Ramai Wisatawan Menuju ke Perkampungan Suku Baduy




Dalam bayanganku, trek-nya itu enggak seektrim apa yang aku alami. Ternyata.. setelah beberapa meter kami memasuki jalan setapak menuju lokasi. Awalnya ada banyak pedagang aksesories, batik dan kain di sepanjang jalan menuju lokasi. Kami masih terlihat bahagia dan tersenyum, sesekali mengabadikan kenangan. Hingga pada akhirnya sampailah kami pada medan yang sesungguhnya. Meski ramai sekali pengunjungnya tetap saja membuat aku terutama yang sudah lama sekali jarang olah raga, kembang kempis nahan kaki yang sudah mulai gempor dan nafas yang tersengal-sengal.


suku-baduy-banten
Jalan Menuju Perkampungan
Suku Baduy

Di beberapa pos perisitirahatan banyak juga yang udah enggak mampu untuk melanjutkan perjalanan. Dua orang dari rombongan kami pada akhirnya angkat bendera putih untuk tetap tinggal dan enggak melanjutkan perjalanan. Awalnya aku juga udah nyerah, keringat dingin peluh di sekujur tubuh, nafas udah enggak karuan, mata burem-burem, tapi pas istirahat sebentar lalu minum air putih, kepengen lanjut, meski kalau melihat ke bawah, jalanan setapak nan terjal dan duh..duh.. tetap ingin terus melanjutkan.

Kurang lebih satu setengah jam perjalanan akhirnya rombongan kami bisa sampai di perkampungan Suku Baduy Dalam. Oh yah, jadi Suku Baduy itu ada  luar dan dalam. Untuk rombongan kami kali ini hanya sampai di perkampungan Suku Baduy Luar saja. Kalau ke Suku Baduy Dalam harus menempuh perjalanan lagi selama 7 jam dan harus menginap.

Setelah tiba, kami beristirahat sebentar sambil menikmati pemandangan perkampungan Suku Baduy Luar yang masih sangat alami dan jauh dari teknologi. Rata-rata penduduknya tidak mengenakan alas kaki alias sandal atau sepatu. Wajah dan perawakan mereka hampir serupa, dengan pakaian khas warna putih tulang dan penutup kepala.
Kegiatan para wanita di Perkampungan Suku Baduy Luar adalah menenun. Kami sempat mengobrol dengan salah satu guide rombongan kami. Mereka pasangan muda, usianya baru 17 tahun sudah menikah.

makan-duren
Makan Duren, wajib katanya kalau sampai di sini.

Sambil menikmati durian yang disajikan, kami bertanya tentang banyak hal. Di Suku Baduy Banten masih ada budaya perjodohan, dan mereka harus menikah dengan sesama suku. Suku Baduy Dalam harus menikah dengan Suku Baduy Luar, tapi boleh juga memilih mau hidup di Suku Baduy Dalam atau Suku Baduy Luar.  Tapi untuk Suku Baduy Dalam kebanyakan tidak boleh keluar perkampungan, mereka yah tetap tinggal dan beraktifitas di perkampungan Suku Baduy Dalam saja.

Beberapa hal yang dapat kita ketahui tentang Suku Baduy Luar Banten. 

Pertama, Suku Baduy Luar masih bisa melakukan aktifitas ke luar perkampungan bahkan ada yang ke Jakarta dengan berjalan kaki. Jadi mereka tuh jujur sekali, ketika di tanya kenapa enggak naik angkot aja ke Jakarta, katanya, nunjuk ke dada, sudah di sini harus jujur. Masyallah.. nah khan kita bisa belajar banyak neh tentang kejujuran. Sementara untuk Suku Baduy Dalam, tidak bisa melakukan apa yang dilakukan Suku Baduy Luar. Mereka tetap tinggal diperkampungan Suku Baduy Dalam. Setiap penduduk berhak menentukan hidupnya, mau tinggal di perkampungan Suku Baduy Dalam atau Suku Baduy Luar, terkecuali untuk tokoh adat tertentu tetap harus tinggal di perkampungan Suku Baduy Dalam.

Kedua, di perkampungan Suku Baduy Banten  tidak ada yang namanya dokter atau bidan semua dilakukan dengan cara pengobatan tradisional. Ada salah satu tokoh adat yang dipercaya sebagai tokoh yang dapat mengobati segala penyakit yang diderita oleh penduduk Suku Baduy Banten.

Ketiga, perabotan rumah tangga sehari-hari Suku Baduy Banten dari alam. Memang saat aku dan rombongan berkeliling semua peralatan terbuat dari alam, gelas yang kami gunakan dari bambu, piring pun demikian. Pokoknya serba alami. Tapi untuk Suku Baduy Luar sudah menggunakan peralatan seperti kebanyakan, agak modern.

suku-baduy-luar
Gelas Dari Bambu

Keempat, mandi dan buang air dengan tempat yang alami, sungai di belakang rumah. Saat ditunjuk ke arah sungai yang digunakan untuk multi fungsi aku sempat berpikir, semua menggunakan air sungai, mandi, mencuci, untuk masak dan minum. Aku penasaran, untuk masak pakai air itu juga, si Aa nya mengangguk sambil tersenyum. Baiklah!

sungai-suku-baduy
Sungai di Perkampungan Suku Baduy Luar

Kelima, budaya jalan kaki, saat kami duduk di tepi sungai kebetulan ada beberapa penduduk yang tengah memanggul barang bawaan terlihat sangat berat, kami sempat bertanya. Dagangan itu akan dibawa ke perkampungan Suku Baduy Dalam, sambil menunjuk ke arah atas, rasanya aku enggak sanggup memikirkan perjalanan 7 jam sambil membawa panggulan. Dan mereka terbiasa berjalan kaki ke mana pun mereka pergi.

Keenam, gotong royong, penduduk Suku Baduy sangat rukun dalam bertetangga dan berinteraksi, masih menurut si Aa, jika ada yang membangun rumah mereka saling bantu, ada hajatan pun demikian, semua dilakukan bersama-sama.

Ketujuh, penduduk asli Suku Baduy tidak memiliki agama, akan tetapi kepercayaan.

Dan satu lagi, perkampungan ini banyak anjingnya juga loh. Buat aku yang takut yah rada-rada gimana. Tapi tetap aman. Yang paling suka suasana alam yang sangat sejuk dan alami banget. Duduk di pinggiran sungai sambil menikmati udara, bikin mager dan karena sudah hampir sore, kami memutuskan kembali sebelum magrib tiba.

suku-baduy-banten
Sebelum kembali pulang, menikmati udara dan pemandangan
di pinggir sungai sambil cekrak-cekrek.


Membayangkan kembali pulang aku sejenak berpikir, jalan nanjak ke tempat tadi, oh… pengen rasanya punya sayap cepat terbang sampai di Desa Ciboleger… kwkwkw..

Jadi, biaya perjalanan kalau mau ke Suku Baduy Luar mahal enggak?

Ini dia perinciannya 

  •        Ongkos Commuterline Stasiun Tanah Abang – Stasiun Rangkasbitung 8000 x 2 = 16.000 (PP
  •      Sewa Elf dari Stasiun ke Desa Ciboleger 800 ribu untuk 13 orang, nah ini mendingan cari teman group biar irit ongkos, bisa ditawar sampai 700 ribu.
  •       Biaya makan 20.000 x 2 = 40.000
  •        Biaya Masuk Perkampungan Suku Baduy Perorang 10.000
  •       Biaya Guide Suku Baduy  400 – 500 ribu pergroup (dibagi 5 orang)

Oke, jadi buat yang mau wisata ke Suku Baduy Luar daerah Banten udah tahu dong estimasi biayanya berapa. Sok atuh cuuusss..

See you in my next trip..
Bhay!

Baca Juga :



kegiatan-menenun
Perempuan Baduy Suka Menenun

aktifitas-anak-anak-suku-baduy
Aktifitas Bermain Anak-anak Suku Baduy 

hasil-menenun
Hasil Tenun Suku Baduy

aksesories-suku-baduy
Hasil Tenun Dijual Sebagai Buah Tangan Wisatawan

kegiatan-perempuan-suku-baduy
Kegiatan Berkumpul Perempuan Suku Baduy
 Mengenakan Pakaian Senada

jalan-kaki
Aktifitas Anak-anak Suku Baduy Berjalan Kaki


suku-baduy-banten

suku-baduy-luar

one-day-trip-lebak-banten


Posting Komentar

29 Komentar

  1. Subhanallah, lengkap banget mbak ceritanya. Aku baca dari awal sampai akhir gak berasa. Pertama langsung kepikiran berapa ya estimasi biayanya, eh di akhir dijelasin dan ini jarang banget biasanya dirincikan begini. Untuk cari guide dan helf ke sana hubungi ke mana ya mbak. Kali aja bareng komunitas mau ke sana nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk guide nanti di Ciboleger banyak Mba, tanya sama tukang warung. Mereka punya link guide asli. Semoga bisa ke sana yah.

      Hapus
  2. Gak nyangka bisa seurah itu yah dn bisa cuma sehari juga eksplore Baduy ya..

    BalasHapus
  3. Kapan ya ... Bisa traveling ke baduy banyak yg diambil pelajaran dari travelling ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa ya Bunda, aseli senang sekali loh wisatanya.

      Hapus
  4. Seru banget ya Mba, ibu saya pernah ngajak tour ke tempat suku Baduy dalam tapi karena saya belum tau tantangannya bagaimana.. jadi pingin deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Baduy Dalam lebih seru dan hmm... aku seh enggak kuat perjalanan dari Baduy Luar masih butuh 7 jam hehe

      Hapus
  5. Bang Oji : saya orang banten, tapi belom pernah ikut berwisata ke suku baduy ... wkwkwkw... ternyata bisa ya sehari menjelajah suku baduy. keren dah.. kapan-kapan ajakin aku dong wisata ke suku baduy...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sok lah Mas, aku seh enggak mau lagi ke sana, gempor kakinya hehe

      Hapus
  6. Udah lama aku rencana ke Suku Baduy tapi masih ngumpulin informasi lengkap, abis baca ini kayanya langsung berangkat deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cus Mba, dijamin seru dan sesuatu loh dari sana. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil setelahnya.

      Hapus
  7. Seru banget. Cuman kalau kita visit ke Suku Baduy nanti pas mau buang air juga berarti harus di sungai ya Mba? Soalnya pengen juga kesana, cuman mikirin permasalahan buang air ini. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karena di sana masih alami enggak ada MCK hihi. Aku sebelum jalan buang air di tempat peristirahatan yang di Ciboleger jadi selama perjalanan enggak pipis hehe

      Hapus
  8. Ini wisatanya sampai ke suku badui pedalamannya gak mba? Kalau yang diluar suku primitifnya mah aku sudah pernah.

    BalasHapus
  9. keren ini. pengen pergi ke sini cm engap jg jalannya hiks...

    BalasHapus
  10. Kapan ya bisa main ke suku baduy, pengen banget rasanya bercengkrama sama mereka dan pulangnya bawa madu dari sana deh.

    BalasHapus
  11. Mba ratna, aku juga udah pernah lho kesana, dulu ada project jadi pengajar anak2 sekolah SD, SMP sama SMA di desa Ciboleger, Banten, sehabis project selesai main ke Baduy, Baduy luarnya doang sih, ke Baduy dalem belum pernah, pada kecapean abis ngerjain program kerja bidang pendidikan waktu itu jadi ya pilih Baduy luarnya aja. Hehe 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seru yah, meski cuma di luar tetep sesuatu khan sampai di sananya. Dengan perjalanan yang naik turun setapak pula.

      Hapus
  12. Jadi ingat tahun 2015 atau 2016 pernah ngetrip ke Baduy jg tapi ga sampai Baduy Dalam Karena ngga sanggup, hehe maklum trip dadakan abis acara organisasi. Betul, banyak kujumpai di daerah Parung orang berbaju adat Baduy berjalan kaki biasanya membawa madu khas sana untuk dijual kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, di Monas juga ada katanya banyak. Tapi hati-hati katanya banyak juga yang menyerupai mereka tapi bukan dari suku mereka. Dijelasin saat aku ngobrol sama salah satu warga Baduy Luar.

      Hapus
  13. Di beberepa kesempatan, saya pernah ketemu suku Baduy di daerah Jakarta Pusat yang sudah punya hp dan naik commuter line. Next harus ke sana dan kalo bisa ke Baduy dalam nginep di sana hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kalau yang naik kendaraan umum dan punya hape harus diwaspadai. karena menurut mereka, asli suku Baduy enggak akan melakukan hal itu karena mereka jujur dan taat sama adat. Jadi kalau jalan kaki yah jalan kaki, mereka enggak berani berbohong. Gituh menurut cerita mereka saat kami ngobrol banyak hal.

      Hapus
  14. Seru banget ka baca cerita ini. Btw, terimakasih untuk informasi estimasi biayanya. Jadi kalau mau ke sana bisa nyiapin budget sekian.. Hehe good info!!!!

    BalasHapus
  15. Sampe ke Baduy Dalam deh Kak Ratna, dahsyat trackny tapi pengalaman luar biasa kalau sampai ke Cibeo, b
    Paling dalam di Baduy dalam heheheh

    BalasHapus
  16. sering diajak tapi katanya jalan kakinya jauh hihihi jadi di urungkan...

    BalasHapus

Jangan lupa komentarnya Kakak. Terima kasih sudah memberikan komentar baiknya.