Jalan-Jalan ke Kampung Bejijong Mojokerto



kampung bejijong mojokerto, mojokerto bagus, candi di jawa timur, candi di mojokerto, peninggalan majapahit


Mojokerto adalah salah satu kota di Jawa Timur, wilayahnya nggak terlalu besar, lokasinya diantara kota Jombang dan Surabaya. Alih-alih berkunjung ke sanak family di Mojokerto, sayang kalau nggak mampir ke tempat wisatanya. Pagi itu aku ditemani dengan beberapa bodyguard setelah sholat shubuh (nggak mandi hehe) kami akhirnya dengan kendaraan roda dua, motor menuju lokasi. Meski masih berkabut tak menyusutkan tekad kami untuk terus melaju. Sepanjang jalan para petani yang hendak ke sawah, pedagang sayuran menuju ke pasar dan suara gemerincing dari pengait yang terpasang dileher sapi yang berjalan beriringan dengan pemiliknya, menemani perjalanan kami. Udara pagi itu sungguh menyejukkan di tambah suasana pedesaan yang masih alami, jauh dari ibukota. Aku semaksimal mungkin menikmati pagi di belakang jok motor dengan mendekap kedua tangan, dingin tersapu udara pagi nan sejuk.

Kurang lebih lima belas menit dari Desa Jambuwok, tempat tinggal kakak ke lokasi tujuan, cukup dekat dan mumpung ada yang menemani serta waktunya berkumpul dengan sepupu.

Yuk kemana aja aku perjalanan pagi itu...

1. Patung Budha Tidur.


Patung Budha Tidur Trowulan


Lokasinya berada di komplek Maha Vihara Mojopahit (Trowulan, Mojokerto). Patung Budha Tidur hanya ada dua di Indonesia, Mojokerto dan Bogor. Dan juga merupakan patung nomor tiga di dunia setelah Thailand dan Myanmar.

Patung Budha Tidur adalah arca yang menggambarkan Budha Gautama sedang berbaring menghadap kanan. Sementara kepala patung bersandar di atas bantal disanggga oleh lengannya. Pembuat patung tersebut adalah seorang pengrajin patung dari Mojokerto bernama YM Viryanadi Maha Tera, dibuat pada tahun 1993. Di sekitar patung ada kolam yang ditumbuhi Bunga Teratai, yang menggambarkan laut di mana abu sang Budha Gautama larung.

Bunga Teratai Mengelilingi Patung Budha Tidur.

Berkunjung ke tempat ini hanya di kenai biaya masuk sebesar 2K untuk satu tiket masuk perorang dewasa, untuk anak-anak 1K. Di dalam komplek ada beberapa penghuni, yang terpenting kita bersikap ramah maka dengan sopan para penghuni akan membantu memberikan jawaban jika kita bertanya tentang sejarah Patung Budha Tidur. Karena aku salah satu tipe pengunjung yang banyak ingin tahu, maka kesempatan ini nggak aku sia-sia kan, banyak bertanya, banyak ilmu. Yee kan...


Tiket Masuk Patung Budha Tidur

Aku pun lanjut bertanya, siapakah Gautama itu (Patung Budha Tidur)?

Dia adalah Sidhartha Gautama, seorang pangeran kerajaan India yang mendirikan Budhisme. (Pangeran.. jadi ngebayangin.. hehehe..) Setelah bertanya beberapa hal akhirnya kami lanjut untuk berkeliling. Tunggu, ada amalannya jika kita ngobrol dengan penghuni, mengisi kaleng dengan uang seikhlasnya (sama dengan sedekah yah). Maka siapkan uang lebih yah kalau mau ke tempat ini. Katanya seh sering banget wisatawan baik domistik dan asing datang ke sini. Biasanya rombongan sekedar datang berkunjung dan ada yang untuk beribadah.

Tempat Sembahyang.

Ini hanya contoh ritual pada jaman Kerajaan Mataram.

Patung Budha dalam Komplek


Patung Budha Tidur Gauthama

Kami sempat berkeliling komplek selama kurang lebih satu jam. Ada banyak patung di dalamnya dan aku nggak sempat mengelilingi full lokasi di karenakan banyak anjing yeng berkeliaran hehehe (kabur duluan). So far para penghuni komplek ramah dan asyik diajak ngobrol.

Oh yah, jangan khawatir kalau haus dan lapar selama berkunjung ke sana karena tepat di depan komplek ada warung-warung penjual makanan bersebelahan dengan lokasi parkir kendaraan. Karena masih terlalu pagi, sepi. 

2. Keliling Desa Bejijong Trowulan (Kampung Majapahit).

Plakat dari Lempengan Kuningan di Setiap Rumah

Patung Budha Tidur berada di Desa Bejijong Trowulan, jadi tinggal lurus lalu belok maka akan menemukan lokasi pemukiman penduduk berbentuk bangunan kuno dengan pilar penyangganya kayu empat sisi.

Rumah-rumah penduduk sengaja dibangun menyerupai rumah saat jaman Kerajaan Majapahit. Pemerintah Mojokerto mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk tetap mempertahankan dan memelihara warisan budaya peninggalan sejarah Majapahit.

Bentuk bangunan rumahnya menyerupai pendopo, lantainya terbuat dari batu sungai yang ditutupi batu berwarna merah marun. Atap rumah berbentuk limas segitiga yang memanjang. Kemudian pintunya terdiri dari dua daun pintu kembar berukuran cukup besar, di kanan kirinya terdapat dua jendela kayu dengan ukuran cukup besar juga.

Bentuk Bangunan Rumah Penduduk.

Semakin berkeliling masuk desa, pemandangan terasa seperti berada saat jaman Majapahit yang pernah aku tonton di film atau sinteron. Berjajar rumah penduduk kiri dan kanan dengan bentuk bangunan serupa, hanya saja yang membedakan adalah besar kecilnya bangunan. Sayangnya karena masih pagi sekali rumah penduduk masih sepi, tertutup. Padahal aku dan sepupu ingin sekali melihat dalamnya seperti apa.

(Punten... nggak ada orangnya...)

Karena masih belum banyak warga yang keluar rumah untuk beraktifitas maka aku pun nggak bisa nanya-nanya, akhirnya kami putuskan lanjut ke lokasi tujuan berikutnya. Sebelum jam delapan kami harus segera sampai di rumah sebelum acara dimulai.


3. Candi Brahu.



Candi Brahu, kanan kiri terhampar sawah yang membentang. Tak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung Udaranya masih sejuk, dari depan pintu gerbang terlihat jelas bentuk bangunan Candi Brahu berdiri kokoh.

Candi peninggalan kerajaan Majapahit ini masih terlihat terawat dengam baik. Tanaman bunga dan rumput hijau di sekitar Candi menambah indahnya pemandangan.
Dari sini aku dan kelima sepupu yang notebene cowok semua, akhirnya mengakhiri perjalanan pagi kami. Menikmati pemandangan Candi, selebihnya mengabadikan momen berharga.

Candi Brahu di dirikan oleh Mpu Sendok, seorang Raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Dalam sejarah Candi ini dibuat atas permintaan Mpu Sendok dan konon katanya usia dari candi lebih tua dari Pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Dari Depan Pintu Masuk..
Dari Sisi Kanan

Taman Yang Mengelilingi Candi.

Pada saat pemerintahan Kerajaan Majapahit, Candi Brahu digunakan sebagai tempat suci untuk tempat persembahyangan dan tempat berdoa. Masih menurut sejarah, mengapa Candi Brahu usianya lebih tua dari pemerintahan Kerajaan Majapahit, di karenakan, ditemukannnya beberapa benda-benda bersejarah di sekitarnya dan bentuk dari bangunan Candi Brahu berbeda dari bentuk candi-candi yang dibangun saat jaman pemerintahaan Kerajaan Majapahit. Dan karena Candi Brahu adalah simbol tempat sembahyang Budha, sementara Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Indonesia.

Harap Maklum Yang Motret Amatiran Hehehe, (ini sudah pilih yang terbaik loh) 

Oke, setelah berkeliling menikmati keindahan pemandangan dan udaranya yang segar, kami akhirnya kembali pulang.

Ini Dia Para Bodyguard Akoh..

Tepat pukul  delapan kurang lima belas menit sudah tiba di rumah dengan selamat dan disambut dengan wajah panik, karena hari ini acara temu penganten ponakan wedok dimulai tepat pukul sembilan pagi. (Langsung Cuuusss Mandi...)


Happy Wedding Gindok..


Salam Sejarah!
Dapat salam dari Mpu Sendok, ndang maen nang mrene yo.. ☺


Wassalam,
~Ratna Fa



Posting Komentar

3 Komentar

  1. Kabutnya bikin suasana beda banget mbak. Syahdu sekali. Patung budha tidurnya jadi lebih berkesan.

    BalasHapus
  2. Mojokerto ibukota Majapahit sih ya. Jadi banyak peninggalan sejarahnya. Saya belum pernah ke situ.

    BalasHapus

Jangan lupa komentarnya Kakak. Terima kasih sudah memberikan komentar baiknya.